Pernah dengar istilah muka “Rambo” hati “Hello
Kitty”? Istilah itu bisa digunakan untuk seseorang yang tampilannya bagaikan
tuan tanah parkiran, tapi ternyata “dalamnya” seperti bayi kelilipan. Dirangkai
dengan pace yang lambat, prekuel dari ouij ini merupakan salah satu film horor
dengan pendalaman kisah yang cukup detail bagi saya. Kita tidak akan menemukan
adegan “Keluarga Cemara” dengan make up tebal memasang senyum creepy di ruang
tengah, layar gelap, suara menengangkan, atau kejutan intens berturut-turut. Tetapi
semua itu diganti dengan runutan skenario yang menceritakan menit per menit,
detail per detail, dan background story dengan adegan yang cukup terperinci.
Setting tempat ala 60an akhir pun begitu
diperhatikan, tone yang dihadirkan seakan melengkapi suasana “jadul” yang coba
divisualkan. Hal ini justru bukan hanya membangkitkan sisi “ngeri” kita dengan
bayangan-bayangan sosok seram, tetapi dari suasana yang dibangun oleh
keselruhan aspek, dimana rasa ngeri yang dihadirkan justru akan lebih membekas.
Script yang disusun pun cukup solid, beberapa humor yang diselipkan cukup mampu
menjadi ice breaker dalam suasana mencekam yang dibentuk. Meskipun terdapat
beberapa plot hole di pertengahan dan bagian-bagian akhir cerita, serta
percakapan kaku dan adegan cheesy ala horor mainstream, namun tidak menutup
kerapihan dari jalinan cerita secara keseluruhan.
Meskipun lambat, bukan berari film ini tidak
memiliki sis creepy, sosok dari “bintang utama” horor ini cukup membuat
bergidik, dimana “tampilannya” yang merasuki anak perempuan membuat saya
sedikit bergidik melihatnya. Fil ini
bagi saya penganut “save the best for the last” garis keras, karena segala
unsur horor yang dinantika akan “dikeluarkan”
pada 30menit terakhir film.
Film Ouija 2 ini merupakan film squel dai film
pertamanya yaitu Ouije. Film Ouija sendiri terinspirasi dai sebuah papan
tradisional dari kisal spiritual kuno dengan nama yang sama yaitu Ouija atau
berarti permainan huruf. Pada film pertamanya yang berjudul Ouija diceritakan tentang
seorang anak yang bernama Elaine bersama dengan 4 orang temannya memiliki
sebuah rasa penasaran tentang kematian sahabat mereka yang bernama Debbie. Mereka
semua akhirnya memutuskan untuk memainkan papan tersebut yang dikenal bisa
membangunkan atau mengebalikan arwah yang sudah meninggal. Mereka semua hendak
bertanya secara langsung kepada Debbie kenapa kematiannya yang tidak banyak
diketahui orang.
Setelah merekan berhasil membangunkan Debbie
mereka bertanya tentang kematiannya, namum yang mereka dapatkan adalah jawaban
yang mengejutkan, karena Debbie meniggal justru karena ia memainkan papan Ouija
yang sedang dimainkan juga oleh 5 sahabatnya saat itu. Dan film berlanjut ke Ouija
2 dimana kelima sahabat tersebut bukan lagi memanggil temannya Debbie,
melainkan ayah Basso yang ingin mereka ketahui lagi penyebab kematiannya. Mereka
berhail memanggil arwah ayah Basso yang baru saja meninggal. Namun, ada satu
hal yang tidak mereka sadari. Bahwa ketika mereka memanggil arwah ayah Basso
mereka juga membangunkan arwah jahat yang terdapat dipapan Ouija terseut.
Semenjak mereka memaikan papan Ouija untuk kedua
kali ini, mereka mulai ketakutan akan adanya arwah jahat yang terus mengetahui
mereka. Kini, nyawa mereka semua menjadi incaran dari arwah jahat yang terus
menggangu mereka.
Ditulis oleh
Diah Ainun Azizah
Waaahhh bakal serem banget ceritanya bikin merinding.... Nah biar gk merinding yuk kita jelajahi seputar informasi bisnis yaitu >>> https://adhimaries24.blogspot.co.id/2016/12/belajar-facebook-marketing.html
BalasHapus